Pages

Wednesday, August 5, 2009

Ngitik-Ngitik Anak Agar Bisa Membaca I


Pada awalnya saya tidak pernah membayangkan betapa susahnya 'ngitik-ngitik' anak agar mau dan bisa membaca. Pengalaman pada anak pertama saya, saya nggak pernah sibuk mengajarkan cara membaca. Tanpa saya bekerja keras tahu-tahu anak bisa membaca sendiri. Pada usia 5 tahun anak saya sudah lancar membaca dengan metodenya sendiri. Setiap ada secuil kertas koran tercecer, atau ketemu bungkus apa saja dibacanya.



Cerita anak kedua ternyata berbeda dari anak pertama, kali ini anak saya susah sekali untuk mau memulai membaca. Berbagai metode agar dia tertarik telah saya cobakan, hasilnya tidak gemilang. Sampai saat itu saya setengah putus asa, kadang malah jadi acara tangis-tangisan, anak saya nangis, sayapun nyusul nangis. Sampai saya ambil kesimpulan anak saya memang belum minat dan saya hanya berharap kelak akan muncul saat dia ingin belajar. Apalagi saat anak kedua saya menginjak usia TK, saya juga mengasuh bayi yang baru lahir. Repot plus susah semakin membuat anak ini kurang tersentuh dalam belajar.

Sekarang, ketika anak kedua saya sudah SD, dengan lika-likunya sudah mulai punya prestasi, alhamdulillah. Walaupun bukan sangat-sangat istimewa, saya sudah bersyukur dan tetap berusaha untuk menumbuhkan minat belajarnya. Pengalaman pada anak kedua sepertinya harus jadi pelajaran untuk perkembangan anak ketiga. Anak ketiga saya sudah 5 tahun sekarang, dia juga menampakan ketakutan dalam belajar. Nah inilah awal kisah penaklukan anak agar bisa membaca.

Hampir-hampir saya kehilangan akal, bagaimana anak saya mau membaca. Di rumah hanya diam saja kalau diajak membaca. Saya mulai berpikir, dia sudah sekolah tadika (serupa TK) hampir 1,5 tahun, tapi perkembangannya tidak tampak dan bisa dibilang stuck saja. Saya betul-betul sedih, apakah anak ini punya masalah. Memang ketika saya amati dan saya tanya dia bilang dia takut kepada gurunya, dia bilang "teacher garang banget". Hhmmm... saya mulai tahu ternyata dia pun menganggap saya begitu, sehingga ketika saya minta mulai belajar membaca buku.

Duh... duh... kayaknya saya harus segera berpikir dan bertindak ni... pikirku. Tidak ada gunanya melihat kekurangan yang ada, terima semua sebagai realita, toh tanggung jawab ada di tanganku. Alhamdulillah semangat untuk 'ngelitikin' Atika, anak ketigaku, cukup besar, berbagai upaya kucoba. Sungguh luar biasa, keyakinan dan kesabaran mulai ada buahnya, alhamdulillah....

bersambung...