Pages

Tuesday, February 9, 2010

Harus Bisa Nyetir Sendiri

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Lamaaa banget blog ini tidak terupdate. Sibuk nian yah....
Tentu banyak hal yang terlewatkan dan tidak sempat saya catat di sini. Uh.... benar-benar sibuk aktivitas yang harus dilakukan sekarang.

Berhubung untuk sementara waktu saya berjauhan dengan suami tercinta, yang selama ini selalu setia menemani ke mana saja saya akan pergi. Alhamdulillaah, suka dan duka baru sudah saya alami bersama anak-anak selama kurang lebih hampir 2 minggu. Berharap dengan senantiasa mensyukuri segala nikmatnya yang Allah berikan, kami akan menerima nikmat-nikmat lain dan diberikan kemudahan, amiin.

Singkat cerita, segala tugas yang tadinya tidak pernah saya kerjakan, terutama wira wiri dan hilir mudik ke sana-sini harus bisa saya kerjakan. Untuk urusan wira-wiri ini, awalnya saya hanya dapat kepercayaan untuk mengendarai motor saja oleh suami. Namun berhubung kondisi di sini yang tidak memungkinkan untuk bawa dua anak besar sekaligus dengan motor, terpaksalah memberanikan diri nyetir mobil.

Bekal yang dipunya sangat minim, mengingat frekwensi latihan sangat rendah dan lintasan latihan hanya muter2 di kompleks rumah yang tidak mungkin untuk belajar semua bentuk variasi ilmu nyetir. Walhasil, benar apa kata Abu Ali, "Nanti kalau sendirian akan bisa sendiri." Tak salah memang, dengan bekal beberapa kalimat suami, saya berhasil memberanikan diri. Yakin kalau kendaraan lain yang saya temui di jalan dan sekitar bukan benda tanpa pengendali, semua ada orangnya jadi asal kita tahu diri, insya Allah orang akan menyesuaikan *setidaknya maklum dengan yang masih amatiran*.

Kemudian hasil bertanya dari teman2, terutama yang ibu2, mereka bilang pernah mengalami kejadian unik dalam perjalanan permulaan nyopir sendiri. Maka tatkala minggu lalu saya nyrempet tiang di depan rumah dan berhasil membuat body kiri mobil penyok, merasa itu hal yang wajar saja.
Pertanyaan lain pun ada, tapi nggak semua saya cerita di sini lah, kayaknya kurang pas.

Menginjak usaha berikutnya adalah jalan di high way yang luas dan rata2 kendaraan melaju dengan kencang. Nah, ini masih problem, karena saya belum bisa menurunkan gigi persneling dengan baik. Guruku tersayang sudah jauh di sana, terus gimana dong? Dah tanya-tanya juga, tapi kayak belum jelas gitu. ah tadi barusan browsing2 tentang teori nyetir. Nanti saya mau copy paste ah, diposting, sekalian buat catatan, biar kalo belum lanyah tinggal buka buku lagi. Capek kalau setiap saat browsing lagi. Kenapa pilih copy paste? tentu saa nggak berani ngarang teori sendiri, pilih ngambil dari para master. Mau belajar kok ngajari kan nggak bisa.

Harapan ke depan agar dapat betul-betul mahir dan lincah sebagai sopir anak-anak tentu besar. Usaha latihan rutin, setidaknya kalo ke kampus atau jemput anak terus dikerjakan. Baca-baca teori sambil pelan-pelan juga dikerjakan. Disertai doa dan optimisme, semoga terwujud. Hehehe... jadi ingat bagaimana dulu juga harus berjuang untuk bisa berenang. Waktu itu pun tanpa guru dan alhamdulillaah bisa, subhanallaah, pertolongan Allah itu memang benar adanya. Semangat!!