Setitik rindu terus tumbuh dari dalam dada, berkembang dan berkembang sampai seakan tak terbendung. Ketika dari hari ke hari anak-anak selalu menanyakan "kapan kita pulang ke Indonesia?" serasa titik-titik kerinduan makin membentuk genangan air.
Saya bubuhkan 3 photo anak-anak saat masih kecil, kira-kira ini adalah pada saat Ali selesai TK, ubai selesai play group dan Atika mulai suka lari, 2004, hampir lima tahun 5 tahun yang lalu. Juni nanti Atika insya Allah lima tahun.
Rasa kangen keluarga, kangen rumah yang dulu kami huni, keceriaan bersama teman-teman dan kebersamaan dengan kawan-kawan dalam meneguk ilmu juga selalu teriang-iang. Anak-anak selalu saya hibur, "Tunggu nanti ada kesempatan, umi dan abi masih sibuk". Alhamdulillah jawaban ini kadang berhasil menghibur anak-anak. Tapi tiap teringat lagi selalu itu dan itu lagi pertanyaannya, "kapan pulang".
Ali dan Ubai sudah besar, setiap saya buka site dari berbagai maskapai penerbangan, mereka selalu ikut baca dan takjub dengan angka yang tertera di web saat saya mensimulasikan keberangkatan lima orang untuk ke Indonesia. Karena angkanya besar, jadi semakin mudah untung "menenangkan" mereka. Yang lucu hanya Atika, karena Atika belum bisa mengerti, tiap saat Atika nanyain hal yang sama, ditambah omongan "di Indonesia enak, ada baju baru", katanya dengan sangat polos dan sambil mulutnya mucu-mucu.
Saya pun walaupun tua juga kangen dong, tapi masih bisa nahan diri. Nah pikir punya pikir kenapa saya nggak juga kelar-kelar nulis thesis ya, kalau tidak selesai karena nggak ada pemacunya kan sama juga boong. Oleh karena itu, saya memberanikan diri untuk beli tiket pulang. Insya Allah maunya pulang bulan Juni awal, selama 3 minggu. Tiket dah ada, rencana dah dibuat, tinggal menunggu apa yang Allah telah tetapkan. Semoga kenekatan ini menjadi
spirit baru agar saya segera menyelesaikan writing, amin.