Pages

Saturday, October 8, 2011

Kangen Ngeblog

Bismillahirrahmanirahim

Ada sesuatu yang terasa hilang, wah kayak apa saja. Iya, itu benar-benar kurasakan saat lama tidak menulis. Salah satu media adalah blog ini. Entahlah benar atau tidak, jawabnya tentu tidak sekarang, mungkin perlu waktu. Konsistensi, keistiqomahan dalam menulis setidaknya membantu mengingat apa yang pernah terlintas di pikiran atau bahkan sudang menjadi keinginan atau niat.

Saat tidak menulis apa yang pernah terjadi kadang mudah terlupakan, apalagi saat ini kewajiban-kewajiban semakin banyak seiring bertambahnya usia dan tanggung jawab.
Mmmm... lalu apa yang akan dikerjakan sekarang?

1. Pertama dan yang paling simple mengganti lay out blog yang ada, termasuk mini blogging seperti plurk yang selalu menemaniku.
2. Berpikir juga agar apa yang kutulis jangan hanya sekedar sampah, curhatan tidak manfaat
3. Dan perlu ditekankan, setidaknya untukku sendiri agar bukan menggunakan media-media sosial curhat yang sampai menyakitkan orang lain, insya Allah dan yakin ada banyak cara yang lebih bijak (hehehe kebetulan pernah punya pengalaman pahit). Dan itu makin menguatkan pendirian agar tidak menjadi begitu.
4. Memanfaatkan blog dan sosial media untuk perbaikan diri, syukur bisa manfaat buat orang lain, misal keluarga sendiri. Banyak asa yang bisa dibangun dengan tulisan, setidaknya dengan merankai kata2, menukil kata2 orang lain atau dari mana saja asal shahih dan bisa menjadikan diri lebih baik dalam urusan tanggung jawab.
5. Saatnya mengucapkan selamat tinggal dengan bayang-bayang akan kecewa, justru harus dan harus tetap optimis untuk senantiasa belajar menjadi lebih baik dengan segala cara yang benar, tidak mudah terpengaruh pikiran-pikiran negatif.

Bismillah, semangat harus diwujudkan segera, 123 point sudah kutulis. Ayo, laksanakan....

Thursday, May 26, 2011

Setahun Lebih

Bismillahirrahmanirahiim

Gubrak, kaget sekali, lama sekali nggak memberi perhatian pada blog ini. Ternyata oh ternyata sudah 1 tahun lebih sejak tulisan terakhir. Eits, masalahnya kenapa sampai menganaktirikan blog ini. Ngapain aja hayooo...

Terakhir nulis adalah Februari tahun lepas. Yups, tepatnya menjelang ditinggal suami pulang ke Indonesia. Bener2 melelahkan ngurusin semua sendiri, jaman itu pun belum pinter nyetir lagi. Hihi, posting terakhir pun judulnya soal nyetir.

Bukan jalan terbaik membela diri tapi mending dirunut saja, apa yang sudah dilakukan setahun kemarin. Istilahnya apa ya... refleksi gituuu, kok kayak pijet ya?
Entah apa istilah kerennya, gak tahu. Tapi beberapa yang kelihatan tercatat adalah:

1. Awalnya kami berempat, aku dan 3 anak2ku. kemudian bulan Juni lalu anak tengah diambil ayahnya untuk pindah sekolah. Hal ini terjadi karena mengendalikan 3 orang anak sekaligua ternyata tidaklah mudah.Dan akhirnya aku pun give up.

2. Bulan Maret aku mulai usaha baru dengan berjualan baju2 muslimah via FB. Jaman itu kami berdua, aku dan teman dekatku.
Tidak mudah melalui merintis, apalagi soal waktu. Sampai sekarang seiring masih berjalannya usaha itu, masalah managemen waktu tetep jadi masalah.
Masalah lain, entah ini musibah atau bukan, akhirnya usaha pecah, sehingga sekarang usaha jalan sendiri, dibantu tenaga yang 1/2 profesional.

3. Urusan kuliah selalu menghantui, lah loh, sapa suruh juga kuliah. Beban2 sekolah tentu menggelayuti pikiranku. Disamping urusan domestik soal anak, urusan rumah dll.

4. Saat-saat cukup berat kurasakan saat perpisahan dengan temanku. Yah, semua sudah disuratkan dan keyakinan yang selalu harus dipegang adalah husnudzan dengan ketetapan Allah, pasti hikmah di balik itu semua jauh lebih besar. Jadi kecewa, sedih dan apa2 yang negatif harus dicounter.

5. Kesibukan dan rutinitas yang berputar seiring waktu, tidak terasa memang mengharuskan setidaknya sementara waktu tidak ketak ketik di halaman2 blog yang ada.
Blog ini, blog lain yang nulis soal belajar baca kitab juga terlantar.

6. Optimis tetep dipegang. Itu harus, walau tak menulis, tetap ada kegiatan baca, yang menjadi proses ku belajar. Banyak nilai2 baru yang menggugurkan beberapa pikiran lama yang dulu kupegang. Insya Allah bukan soal fital dalam akidah, tapi menurutku cukupurgen sebagai bekal melangkah.

Sepertinya untuk tulisan sederhana, ini cukup untuk mengulas dengan singkat apa yang kulakukan kemarin.

NB
Saat nulis ini, pikiranku melayang ke orang2 yang kusayangi, suami, anak, dan orang tua di seberang sana, rinduku selalu di dadaku. Spirit untuk menjadi lebih baik lagi, akan kupupuk agar kita segera kembali bersatu.

Hamba yang sangat lemah
Etik Ummu Ali

Tuesday, February 9, 2010

Harus Bisa Nyetir Sendiri

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Lamaaa banget blog ini tidak terupdate. Sibuk nian yah....
Tentu banyak hal yang terlewatkan dan tidak sempat saya catat di sini. Uh.... benar-benar sibuk aktivitas yang harus dilakukan sekarang.

Berhubung untuk sementara waktu saya berjauhan dengan suami tercinta, yang selama ini selalu setia menemani ke mana saja saya akan pergi. Alhamdulillaah, suka dan duka baru sudah saya alami bersama anak-anak selama kurang lebih hampir 2 minggu. Berharap dengan senantiasa mensyukuri segala nikmatnya yang Allah berikan, kami akan menerima nikmat-nikmat lain dan diberikan kemudahan, amiin.

Singkat cerita, segala tugas yang tadinya tidak pernah saya kerjakan, terutama wira wiri dan hilir mudik ke sana-sini harus bisa saya kerjakan. Untuk urusan wira-wiri ini, awalnya saya hanya dapat kepercayaan untuk mengendarai motor saja oleh suami. Namun berhubung kondisi di sini yang tidak memungkinkan untuk bawa dua anak besar sekaligus dengan motor, terpaksalah memberanikan diri nyetir mobil.

Bekal yang dipunya sangat minim, mengingat frekwensi latihan sangat rendah dan lintasan latihan hanya muter2 di kompleks rumah yang tidak mungkin untuk belajar semua bentuk variasi ilmu nyetir. Walhasil, benar apa kata Abu Ali, "Nanti kalau sendirian akan bisa sendiri." Tak salah memang, dengan bekal beberapa kalimat suami, saya berhasil memberanikan diri. Yakin kalau kendaraan lain yang saya temui di jalan dan sekitar bukan benda tanpa pengendali, semua ada orangnya jadi asal kita tahu diri, insya Allah orang akan menyesuaikan *setidaknya maklum dengan yang masih amatiran*.

Kemudian hasil bertanya dari teman2, terutama yang ibu2, mereka bilang pernah mengalami kejadian unik dalam perjalanan permulaan nyopir sendiri. Maka tatkala minggu lalu saya nyrempet tiang di depan rumah dan berhasil membuat body kiri mobil penyok, merasa itu hal yang wajar saja.
Pertanyaan lain pun ada, tapi nggak semua saya cerita di sini lah, kayaknya kurang pas.

Menginjak usaha berikutnya adalah jalan di high way yang luas dan rata2 kendaraan melaju dengan kencang. Nah, ini masih problem, karena saya belum bisa menurunkan gigi persneling dengan baik. Guruku tersayang sudah jauh di sana, terus gimana dong? Dah tanya-tanya juga, tapi kayak belum jelas gitu. ah tadi barusan browsing2 tentang teori nyetir. Nanti saya mau copy paste ah, diposting, sekalian buat catatan, biar kalo belum lanyah tinggal buka buku lagi. Capek kalau setiap saat browsing lagi. Kenapa pilih copy paste? tentu saa nggak berani ngarang teori sendiri, pilih ngambil dari para master. Mau belajar kok ngajari kan nggak bisa.

Harapan ke depan agar dapat betul-betul mahir dan lincah sebagai sopir anak-anak tentu besar. Usaha latihan rutin, setidaknya kalo ke kampus atau jemput anak terus dikerjakan. Baca-baca teori sambil pelan-pelan juga dikerjakan. Disertai doa dan optimisme, semoga terwujud. Hehehe... jadi ingat bagaimana dulu juga harus berjuang untuk bisa berenang. Waktu itu pun tanpa guru dan alhamdulillaah bisa, subhanallaah, pertolongan Allah itu memang benar adanya. Semangat!!

Tuesday, November 10, 2009

Bahasa Arab memang penting

sejak ubai mendapat nilai bahasa arab 30% . ubai menyesal ,jadinya ubai mau belajar bahasa arab.sedikitnya ini yang ubai hafal

inila EXAMPLENYA : qolamun=pintu homsatun=ubai rasa kunci baitun=rumah

babun=pintu masjidi=masjid kitabun=buku kursiyun=kursi

sariirun=tempat tidur maktabun=meja


harap saja ada yang comment
sekian terimakasih yangbetul UBAI





Ngitik-ngitik Anak Agar Bisa Membaca II


Alhamdulillaah, walaupun lama jeda yang ada cukup lama, masih juga diberi kesempatan lagi untuk menulis. Dari tulisan yang pertama, delaynya cukup panjang, sekitar 4 bulan. Apa yang terjadi dan saya lakukan selama empat bulan dalam menggugah semangat anak usia TK untuk belajar membaca lumayan bisa dibagi dalam tulisan kedua ini.

Atika, anak ketiga kami, dulu tampak tidak bersemangat untuk belajar, bahkan mengalami 'ketakutan' untuk belajar. Tanpa ingin mengkambinghitamkan siapa pun, usaha ngelitikin Atika memang penuh tantangan. Ketakutan akan guru dan suasana belajar kayaknya merupakan beberapa penyebab. Peran ibu sangatlah vital dalam proses pembelajaran anak. Karena itu, suasana belajar mau tidak mau disesuaikan dengan karakter anak. Seorang anak mempunyai karakter yang unik. Tidak ada seorangpun yang punya karakter sama plek. Makanya saya pun jadi harus manut ke Atika.


Atika sangat seneng mainan, apapun jadi mainannya. Nah, oleh karena itu saya mulai nyelipin 'mainan' baru. Tentunya mainan ini mempunyai korelasi dengan tujuan membacanya. Warna- warna mencolok jelas menarik untuk anak kecil. Mulailah saya buatkan tulisan kosa kata pada kertas lipat warna warni. Lumayan siihh... mulai muncul minat, ngenalinnya juga sedikit demi sedikit. Ternyata nggak tiap hari mau loh.... duh enggak mudah ternyata 'menaklukkan' anak.
Saat semangat Atika menurun, alhamdulillah dengan sedikit memutar otak, tiba-tiba muncul ide. Dengan sentuhan cerita dan dibuat permainan Atika mau lagi tersenyum dan belajar kembali. Dari disusun niru kereta api, mainan tebak2an seperti penyulap, pokoknya ganti-ganti, habis Atika sangat bosenan.

Kartu-kartu tadi ternyata umurnya nggak panjang, karena nggak dilirik lagi sama Atika, untung... pikirku, kan cuma buat sendiri nggak pake acara beli yang mahal-mahal. Mainan baru harus disodorkan biar menarik si kecil. Gantilah beli kertas tebal yang biasa untuk sampul ukuran A4, pilih warna2 menarik dan wangi. Atika saya libatkan untuk membuat mainannya. Kertas-kertas digunting dengan pola baju, rok, kerudung. Masing-masing kembali ditulisi suku kata. Alhamdulillah ada efeknya... kosa kata yang dikenali bertambah. Ketika baju, rok, celana, kerudung suku kata tadi dipilih oleh Atika tidak disadari Atika telah belajar. "Princes mo pake baju mana?", pertanyaan yang sama selalu diulang-ulang. Atika menjawab dengan gembira, " pi, na, fa...". Saya senyum-senyum sendiri, dalam hatiku kayak mainan bongkar pasang yang dulu populer waktu saya SD.

Disela-sela anak bermain, buku juga dikenalkan. Buku dari tempat sekolah, buku yang kujadikan acuan, juga buku-buku tambahan lain ikut membantu sebagai pedoman. Belajar juga nggak bisa tiap hari, sepanjang ada 'angin segar' baru belajar. Alhamdulillah... perlahan-lahan Atika mengalami kemajuan. Pelajaran masih di awal, minat anak yang diharapkan adalah minat yang tumbuh dari dirinya sendiri. Saya hanya pingin menrangsang, bukan menyuruh terus. Tapi... ternyata baru sampai kosa kata bervokal a - i - u. Nggak patah arang saya, toh dulu cuma bisa a saja.

Pelajaran membaca kosa kata dengan vokal e - o mulai dikenalkan dengan media lain, yang dulu dah lewat. Nggak menarik lagi. CD yang dulu pernah dibeli dibongkar lagi dari laci. ALhamdulillah mau... walaupun ternyata cuma sekali. Besoknya lagi Atika disuguhi animasi sederhana bikinan sendiri, alhamdulillah jelek-jelek memberi bekas pada Atika. Sedikit pun tetap harus disyukuri. Sayangnya saya juga nggak bisa setiap hari ngedhep untuk ngajak Atika dan nyimak dia belajar. Males atau sibuk?? hehehe nggak usah dijawa saja lah...

Perkembangan terbaru sudah makin menggembirakan, Atika sudah belajar membaca huruf mati di belakang. Medianya juga dah ganti lagi (capek sebenernya ganti-ganti terus, pake bikin dulu lagi). Kali ini membuat slide pake power point dihiasi dengan gambar-gambar sesuai pesanan Atika. Kadang diselingi buku juga (tetep...). Karena saya lagi ada yang dikerjakan, sementara ini, maka bmbingan untuk Atika banyak terhenti, terutama yang ada nuntut keaktifan ibu. Duhai Atika sayang..., maafin umi ya....

ALhamdulillah sekarang Atika mulai mau mencoba membaca buku sendiri. Kalimat pendek sih.. dan masih banyak salahnya, tapi itu sudah kemajuan. Walaupun frekuensinya masih jarang, tapi sudah membuat uminya tersenyum, bukan puas tapi menikmati proses perjuangan mendidik anak. Alhamdulillaah... semoga dimudahkan jalan ke depan, dengan pelajaran-pelajaran lainnya.

Wednesday, August 5, 2009

Ngitik-Ngitik Anak Agar Bisa Membaca I


Pada awalnya saya tidak pernah membayangkan betapa susahnya 'ngitik-ngitik' anak agar mau dan bisa membaca. Pengalaman pada anak pertama saya, saya nggak pernah sibuk mengajarkan cara membaca. Tanpa saya bekerja keras tahu-tahu anak bisa membaca sendiri. Pada usia 5 tahun anak saya sudah lancar membaca dengan metodenya sendiri. Setiap ada secuil kertas koran tercecer, atau ketemu bungkus apa saja dibacanya.



Cerita anak kedua ternyata berbeda dari anak pertama, kali ini anak saya susah sekali untuk mau memulai membaca. Berbagai metode agar dia tertarik telah saya cobakan, hasilnya tidak gemilang. Sampai saat itu saya setengah putus asa, kadang malah jadi acara tangis-tangisan, anak saya nangis, sayapun nyusul nangis. Sampai saya ambil kesimpulan anak saya memang belum minat dan saya hanya berharap kelak akan muncul saat dia ingin belajar. Apalagi saat anak kedua saya menginjak usia TK, saya juga mengasuh bayi yang baru lahir. Repot plus susah semakin membuat anak ini kurang tersentuh dalam belajar.

Sekarang, ketika anak kedua saya sudah SD, dengan lika-likunya sudah mulai punya prestasi, alhamdulillah. Walaupun bukan sangat-sangat istimewa, saya sudah bersyukur dan tetap berusaha untuk menumbuhkan minat belajarnya. Pengalaman pada anak kedua sepertinya harus jadi pelajaran untuk perkembangan anak ketiga. Anak ketiga saya sudah 5 tahun sekarang, dia juga menampakan ketakutan dalam belajar. Nah inilah awal kisah penaklukan anak agar bisa membaca.

Hampir-hampir saya kehilangan akal, bagaimana anak saya mau membaca. Di rumah hanya diam saja kalau diajak membaca. Saya mulai berpikir, dia sudah sekolah tadika (serupa TK) hampir 1,5 tahun, tapi perkembangannya tidak tampak dan bisa dibilang stuck saja. Saya betul-betul sedih, apakah anak ini punya masalah. Memang ketika saya amati dan saya tanya dia bilang dia takut kepada gurunya, dia bilang "teacher garang banget". Hhmmm... saya mulai tahu ternyata dia pun menganggap saya begitu, sehingga ketika saya minta mulai belajar membaca buku.

Duh... duh... kayaknya saya harus segera berpikir dan bertindak ni... pikirku. Tidak ada gunanya melihat kekurangan yang ada, terima semua sebagai realita, toh tanggung jawab ada di tanganku. Alhamdulillah semangat untuk 'ngelitikin' Atika, anak ketigaku, cukup besar, berbagai upaya kucoba. Sungguh luar biasa, keyakinan dan kesabaran mulai ada buahnya, alhamdulillah....

bersambung...

Friday, May 8, 2009

Bergegas untuk segera ber"tindak"

Judulnya sengaja dikasih tanda petik, karena kata "tindak" bisa bermakna ganda bagi daya dan dua-duanya benar.

1. bertindak dalam bahasa indonesia adalah berbuat/melakukan sesuatu
2. tindak dalam bahasa jawa halus artinya pergi

Kedua arti tersebut sama-sama benar untuk kondisiku sekarang ini. Dalam tempo yang sangat singkat dan mepet ini, saya benar-benar harus segera bergerak untuk menyelesaikan thesis. Apalagi tadi suami bertemu dengan supervisor saya dengan titip pesan, "next week she have to submit to me the previous correction and the literature review." 
Itu artinya harus rodo ngoyo, rodo mempeng , rodo tenanan, mana sekarang dah Sabtu lagi, mana harus nganter anak-anak ke Ipoh lagi, subhanallah...

Kulirik kalender, sekarang sudah tanggal 9, padahal tanggal 2 bulan depan tiketku pulang ke Yogya. Jelas waktu tak sampai sebulan untuk mengerjakan banyak hal. Ngebut seperti Pak Wawan harus kulakukan. 

Ingat pulang, artinya kami mau bepergian untuk pulang kampung. Nah, cocok kan "tindak" yang kedua. Biar akur, digabung saja lah dua arti ini, saya harus buru-buru bergerak untuk menyelesaikan segala urusan untuk bisa tindak-tindak pulang.

Itupun, dalam hitung-hitungan kami, ternyata nggak bisa 3 minggu pure menemani anak-anak dan berkunjung ke handai taulan dan teman-teman. Sepertinya, kami harus cabut segera setelah ngedrop anak-anak karena urusan-urusan yang harus dirampungkan. Tiga-empat hari di Indonesia, kami harus balik ke sini dulu, kemudian jemput anak-anak lagi, jadi harus boros nih... terpaksa memang, tapi belum ada pilihan lain.

Semoga Allah mudahkan semua urusan hamba yang dhaif ini.