Bismillahirrahmanirahiim
Gubrak, kaget sekali, lama sekali nggak memberi perhatian pada blog ini. Ternyata oh ternyata sudah 1 tahun lebih sejak tulisan terakhir. Eits, masalahnya kenapa sampai menganaktirikan blog ini. Ngapain aja hayooo...
Terakhir nulis adalah Februari tahun lepas. Yups, tepatnya menjelang ditinggal suami pulang ke Indonesia. Bener2 melelahkan ngurusin semua sendiri, jaman itu pun belum pinter nyetir lagi. Hihi, posting terakhir pun judulnya soal nyetir.
Bukan jalan terbaik membela diri tapi mending dirunut saja, apa yang sudah dilakukan setahun kemarin. Istilahnya apa ya... refleksi gituuu, kok kayak pijet ya?
Entah apa istilah kerennya, gak tahu. Tapi beberapa yang kelihatan tercatat adalah:
1. Awalnya kami berempat, aku dan 3 anak2ku. kemudian bulan Juni lalu anak tengah diambil ayahnya untuk pindah sekolah. Hal ini terjadi karena mengendalikan 3 orang anak sekaligua ternyata tidaklah mudah.Dan akhirnya aku pun give up.
2. Bulan Maret aku mulai usaha baru dengan berjualan baju2 muslimah via FB. Jaman itu kami berdua, aku dan teman dekatku.
Tidak mudah melalui merintis, apalagi soal waktu. Sampai sekarang seiring masih berjalannya usaha itu, masalah managemen waktu tetep jadi masalah.
Masalah lain, entah ini musibah atau bukan, akhirnya usaha pecah, sehingga sekarang usaha jalan sendiri, dibantu tenaga yang 1/2 profesional.
3. Urusan kuliah selalu menghantui, lah loh, sapa suruh juga kuliah. Beban2 sekolah tentu menggelayuti pikiranku. Disamping urusan domestik soal anak, urusan rumah dll.
4. Saat-saat cukup berat kurasakan saat perpisahan dengan temanku. Yah, semua sudah disuratkan dan keyakinan yang selalu harus dipegang adalah husnudzan dengan ketetapan Allah, pasti hikmah di balik itu semua jauh lebih besar. Jadi kecewa, sedih dan apa2 yang negatif harus dicounter.
5. Kesibukan dan rutinitas yang berputar seiring waktu, tidak terasa memang mengharuskan setidaknya sementara waktu tidak ketak ketik di halaman2 blog yang ada.
Blog ini, blog lain yang nulis soal belajar baca kitab juga terlantar.
6. Optimis tetep dipegang. Itu harus, walau tak menulis, tetap ada kegiatan baca, yang menjadi proses ku belajar. Banyak nilai2 baru yang menggugurkan beberapa pikiran lama yang dulu kupegang. Insya Allah bukan soal fital dalam akidah, tapi menurutku cukupurgen sebagai bekal melangkah.
Sepertinya untuk tulisan sederhana, ini cukup untuk mengulas dengan singkat apa yang kulakukan kemarin.
NB
Saat nulis ini, pikiranku melayang ke orang2 yang kusayangi, suami, anak, dan orang tua di seberang sana, rinduku selalu di dadaku. Spirit untuk menjadi lebih baik lagi, akan kupupuk agar kita segera kembali bersatu.
Hamba yang sangat lemah
Etik Ummu Ali
Showing posts with label Parenting. Show all posts
Showing posts with label Parenting. Show all posts
Thursday, May 26, 2011
Tuesday, November 10, 2009
Ngitik-ngitik Anak Agar Bisa Membaca II
Atika, anak ketiga kami, dulu tampak tidak bersemangat untuk belajar, bahkan mengalami 'ketakutan' untuk belajar. Tanpa ingin mengkambinghitamkan siapa pun, usaha ngelitikin Atika memang penuh tantangan. Ketakutan akan guru dan suasana belajar kayaknya merupakan beberapa penyebab. Peran ibu sangatlah vital dalam proses pembelajaran anak. Karena itu, suasana belajar mau tidak mau disesuaikan dengan karakter anak. Seorang anak mempunyai karakter yang unik. Tidak ada seorangpun yang punya karakter sama plek. Makanya saya pun jadi harus manut ke Atika.
Atika sangat seneng mainan, apapun jadi mainannya. Nah, oleh karena itu saya mulai nyelipin 'mainan' baru. Tentunya mainan ini mempunyai korelasi dengan tujuan membacanya. Warna- warna mencolok jelas menarik untuk anak kecil. Mulailah saya buatkan tulisan kosa kata pada kertas lipat warna warni. Lumayan siihh... mulai muncul minat, ngenalinnya juga sedikit demi sedikit. Ternyata nggak tiap hari mau loh.... duh enggak mudah ternyata 'menaklukkan' anak.
Saat semangat Atika menurun, alhamdulillah dengan sedikit memutar otak, tiba-tiba muncul ide. Dengan sentuhan cerita dan dibuat permainan Atika mau lagi tersenyum dan belajar kembali. Dari disusun niru kereta api, mainan tebak2an seperti penyulap, pokoknya ganti-ganti, habis Atika sangat bosenan.
Kartu-kartu tadi ternyata umurnya nggak panjang, karena nggak dilirik lagi sama Atika, untung... pikirku, kan cuma buat sendiri nggak pake acara beli yang mahal-mahal. Mainan baru harus disodorkan biar menarik si kecil. Gantilah beli kertas tebal yang biasa untuk sampul ukuran A4, pilih warna2 menarik dan wangi. Atika saya libatkan untuk membuat mainannya. Kertas-kertas digunting dengan pola baju, rok, kerudung. Masing-masing kembali ditulisi suku kata. Alhamdulillah ada efeknya... kosa kata yang dikenali bertambah. Ketika baju, rok, celana, kerudung suku kata tadi dipilih oleh Atika tidak disadari Atika telah belajar. "Princes mo pake baju mana?", pertanyaan yang sama selalu diulang-ulang. Atika menjawab dengan gembira, " pi, na, fa...". Saya senyum-senyum sendiri, dalam hatiku kayak mainan bongkar pasang yang dulu populer waktu saya SD.
Disela-sela anak bermain, buku juga dikenalkan. Buku dari tempat sekolah, buku yang kujadikan acuan, juga buku-buku tambahan lain ikut membantu sebagai pedoman. Belajar juga nggak bisa tiap hari, sepanjang ada 'angin segar' baru belajar. Alhamdulillah... perlahan-lahan Atika mengalami kemajuan. Pelajaran masih di awal, minat anak yang diharapkan adalah minat yang tumbuh dari dirinya sendiri. Saya hanya pingin menrangsang, bukan menyuruh terus. Tapi... ternyata baru sampai kosa kata bervokal a - i - u. Nggak patah arang saya, toh dulu cuma bisa a saja.
Pelajaran membaca kosa kata dengan vokal e - o mulai dikenalkan dengan media lain, yang dulu dah lewat. Nggak menarik lagi. CD yang dulu pernah dibeli dibongkar lagi dari laci. ALhamdulillah mau... walaupun ternyata cuma sekali. Besoknya lagi Atika disuguhi animasi sederhana bikinan sendiri, alhamdulillah jelek-jelek memberi bekas pada Atika. Sedikit pun tetap harus disyukuri. Sayangnya saya juga nggak bisa setiap hari ngedhep untuk ngajak Atika dan nyimak dia belajar. Males atau sibuk?? hehehe nggak usah dijawa saja lah...
Perkembangan terbaru sudah makin menggembirakan, Atika sudah belajar membaca huruf mati di belakang. Medianya juga dah ganti lagi (capek sebenernya ganti-ganti terus, pake bikin dulu lagi). Kali ini membuat slide pake power point dihiasi dengan gambar-gambar sesuai pesanan Atika. Kadang diselingi buku juga (tetep...). Karena saya lagi ada yang dikerjakan, sementara ini, maka bmbingan untuk Atika banyak terhenti, terutama yang ada nuntut keaktifan ibu. Duhai Atika sayang..., maafin umi ya....
ALhamdulillah sekarang Atika mulai mau mencoba membaca buku sendiri. Kalimat pendek sih.. dan masih banyak salahnya, tapi itu sudah kemajuan. Walaupun frekuensinya masih jarang, tapi sudah membuat uminya tersenyum, bukan puas tapi menikmati proses perjuangan mendidik anak. Alhamdulillaah... semoga dimudahkan jalan ke depan, dengan pelajaran-pelajaran lainnya.
Wednesday, August 5, 2009
Ngitik-Ngitik Anak Agar Bisa Membaca I

Pada awalnya saya tidak pernah membayangkan betapa susahnya 'ngitik-ngitik' anak agar mau dan bisa membaca. Pengalaman pada anak pertama saya, saya nggak pernah sibuk mengajarkan cara membaca. Tanpa saya bekerja keras tahu-tahu anak bisa membaca sendiri. Pada usia 5 tahun anak saya sudah lancar membaca dengan metodenya sendiri. Setiap ada secuil kertas koran tercecer, atau ketemu bungkus apa saja dibacanya.
Cerita anak kedua ternyata berbeda dari anak pertama, kali ini anak saya susah sekali untuk mau memulai membaca. Berbagai metode agar dia tertarik telah saya cobakan, hasilnya tidak gemilang. Sampai saat itu saya setengah putus asa, kadang malah jadi acara tangis-tangisan, anak saya nangis, sayapun nyusul nangis. Sampai saya ambil kesimpulan anak saya memang belum minat dan saya hanya berharap kelak akan muncul saat dia ingin belajar. Apalagi saat anak kedua saya menginjak usia TK, saya juga mengasuh bayi yang baru lahir. Repot plus susah semakin membuat anak ini kurang tersentuh dalam belajar.
Sekarang, ketika anak kedua saya sudah SD, dengan lika-likunya sudah mulai punya prestasi, alhamdulillah. Walaupun bukan sangat-sangat istimewa, saya sudah bersyukur dan tetap berusaha untuk menumbuhkan minat belajarnya. Pengalaman pada anak kedua sepertinya harus jadi pelajaran untuk perkembangan anak ketiga. Anak ketiga saya sudah 5 tahun sekarang, dia juga menampakan ketakutan dalam belajar. Nah inilah awal kisah penaklukan anak agar bisa membaca.
Hampir-hampir saya kehilangan akal, bagaimana anak saya mau membaca. Di rumah hanya diam saja kalau diajak membaca. Saya mulai berpikir, dia sudah sekolah tadika (serupa TK) hampir 1,5 tahun, tapi perkembangannya tidak tampak dan bisa dibilang stuck saja. Saya betul-betul sedih, apakah anak ini punya masalah. Memang ketika saya amati dan saya tanya dia bilang dia takut kepada gurunya, dia bilang "teacher garang banget". Hhmmm... saya mulai tahu ternyata dia pun menganggap saya begitu, sehingga ketika saya minta mulai belajar membaca buku.
Duh... duh... kayaknya saya harus segera berpikir dan bertindak ni... pikirku. Tidak ada gunanya melihat kekurangan yang ada, terima semua sebagai realita, toh tanggung jawab ada di tanganku. Alhamdulillah semangat untuk 'ngelitikin' Atika, anak ketigaku, cukup besar, berbagai upaya kucoba. Sungguh luar biasa, keyakinan dan kesabaran mulai ada buahnya, alhamdulillah....
bersambung...
Subscribe to:
Posts (Atom)