Pages

Showing posts with label Cerita Ringan Keluarga. Show all posts
Showing posts with label Cerita Ringan Keluarga. Show all posts

Thursday, May 26, 2011

Setahun Lebih

Bismillahirrahmanirahiim

Gubrak, kaget sekali, lama sekali nggak memberi perhatian pada blog ini. Ternyata oh ternyata sudah 1 tahun lebih sejak tulisan terakhir. Eits, masalahnya kenapa sampai menganaktirikan blog ini. Ngapain aja hayooo...

Terakhir nulis adalah Februari tahun lepas. Yups, tepatnya menjelang ditinggal suami pulang ke Indonesia. Bener2 melelahkan ngurusin semua sendiri, jaman itu pun belum pinter nyetir lagi. Hihi, posting terakhir pun judulnya soal nyetir.

Bukan jalan terbaik membela diri tapi mending dirunut saja, apa yang sudah dilakukan setahun kemarin. Istilahnya apa ya... refleksi gituuu, kok kayak pijet ya?
Entah apa istilah kerennya, gak tahu. Tapi beberapa yang kelihatan tercatat adalah:

1. Awalnya kami berempat, aku dan 3 anak2ku. kemudian bulan Juni lalu anak tengah diambil ayahnya untuk pindah sekolah. Hal ini terjadi karena mengendalikan 3 orang anak sekaligua ternyata tidaklah mudah.Dan akhirnya aku pun give up.

2. Bulan Maret aku mulai usaha baru dengan berjualan baju2 muslimah via FB. Jaman itu kami berdua, aku dan teman dekatku.
Tidak mudah melalui merintis, apalagi soal waktu. Sampai sekarang seiring masih berjalannya usaha itu, masalah managemen waktu tetep jadi masalah.
Masalah lain, entah ini musibah atau bukan, akhirnya usaha pecah, sehingga sekarang usaha jalan sendiri, dibantu tenaga yang 1/2 profesional.

3. Urusan kuliah selalu menghantui, lah loh, sapa suruh juga kuliah. Beban2 sekolah tentu menggelayuti pikiranku. Disamping urusan domestik soal anak, urusan rumah dll.

4. Saat-saat cukup berat kurasakan saat perpisahan dengan temanku. Yah, semua sudah disuratkan dan keyakinan yang selalu harus dipegang adalah husnudzan dengan ketetapan Allah, pasti hikmah di balik itu semua jauh lebih besar. Jadi kecewa, sedih dan apa2 yang negatif harus dicounter.

5. Kesibukan dan rutinitas yang berputar seiring waktu, tidak terasa memang mengharuskan setidaknya sementara waktu tidak ketak ketik di halaman2 blog yang ada.
Blog ini, blog lain yang nulis soal belajar baca kitab juga terlantar.

6. Optimis tetep dipegang. Itu harus, walau tak menulis, tetap ada kegiatan baca, yang menjadi proses ku belajar. Banyak nilai2 baru yang menggugurkan beberapa pikiran lama yang dulu kupegang. Insya Allah bukan soal fital dalam akidah, tapi menurutku cukupurgen sebagai bekal melangkah.

Sepertinya untuk tulisan sederhana, ini cukup untuk mengulas dengan singkat apa yang kulakukan kemarin.

NB
Saat nulis ini, pikiranku melayang ke orang2 yang kusayangi, suami, anak, dan orang tua di seberang sana, rinduku selalu di dadaku. Spirit untuk menjadi lebih baik lagi, akan kupupuk agar kita segera kembali bersatu.

Hamba yang sangat lemah
Etik Ummu Ali

Wednesday, August 5, 2009

Ngitik-Ngitik Anak Agar Bisa Membaca I


Pada awalnya saya tidak pernah membayangkan betapa susahnya 'ngitik-ngitik' anak agar mau dan bisa membaca. Pengalaman pada anak pertama saya, saya nggak pernah sibuk mengajarkan cara membaca. Tanpa saya bekerja keras tahu-tahu anak bisa membaca sendiri. Pada usia 5 tahun anak saya sudah lancar membaca dengan metodenya sendiri. Setiap ada secuil kertas koran tercecer, atau ketemu bungkus apa saja dibacanya.



Cerita anak kedua ternyata berbeda dari anak pertama, kali ini anak saya susah sekali untuk mau memulai membaca. Berbagai metode agar dia tertarik telah saya cobakan, hasilnya tidak gemilang. Sampai saat itu saya setengah putus asa, kadang malah jadi acara tangis-tangisan, anak saya nangis, sayapun nyusul nangis. Sampai saya ambil kesimpulan anak saya memang belum minat dan saya hanya berharap kelak akan muncul saat dia ingin belajar. Apalagi saat anak kedua saya menginjak usia TK, saya juga mengasuh bayi yang baru lahir. Repot plus susah semakin membuat anak ini kurang tersentuh dalam belajar.

Sekarang, ketika anak kedua saya sudah SD, dengan lika-likunya sudah mulai punya prestasi, alhamdulillah. Walaupun bukan sangat-sangat istimewa, saya sudah bersyukur dan tetap berusaha untuk menumbuhkan minat belajarnya. Pengalaman pada anak kedua sepertinya harus jadi pelajaran untuk perkembangan anak ketiga. Anak ketiga saya sudah 5 tahun sekarang, dia juga menampakan ketakutan dalam belajar. Nah inilah awal kisah penaklukan anak agar bisa membaca.

Hampir-hampir saya kehilangan akal, bagaimana anak saya mau membaca. Di rumah hanya diam saja kalau diajak membaca. Saya mulai berpikir, dia sudah sekolah tadika (serupa TK) hampir 1,5 tahun, tapi perkembangannya tidak tampak dan bisa dibilang stuck saja. Saya betul-betul sedih, apakah anak ini punya masalah. Memang ketika saya amati dan saya tanya dia bilang dia takut kepada gurunya, dia bilang "teacher garang banget". Hhmmm... saya mulai tahu ternyata dia pun menganggap saya begitu, sehingga ketika saya minta mulai belajar membaca buku.

Duh... duh... kayaknya saya harus segera berpikir dan bertindak ni... pikirku. Tidak ada gunanya melihat kekurangan yang ada, terima semua sebagai realita, toh tanggung jawab ada di tanganku. Alhamdulillah semangat untuk 'ngelitikin' Atika, anak ketigaku, cukup besar, berbagai upaya kucoba. Sungguh luar biasa, keyakinan dan kesabaran mulai ada buahnya, alhamdulillah....

bersambung...

Monday, January 12, 2009

Tentang Rumahku

Sekarang kami tinggal di Malaysia, tepatnya di negeri Perak. Lebih spesifik lagi, nama taman (bahasa melayunya perumahan) adalah Bandar Universiti. Lokasi di sekitar wilayah Seri Iskandar, Tronoh. Tempat ini bukan lah kota kalau dibandingkan kota-kota relatif sepi, nggak ada mall, nggak ada bandara, nggak ada stasiun kereta api, tapi masih ada stasiun bis, kalau mau ke Singapore pun bisa satu kali nak bis. Rumah sakit kayaknya nggak ada. Tapi bukan berarti kiamat (uh kok serem istilahnya ya... apa yang pas dong) ataupun sengsara. Kami yang berjarak sekitar 32 KM dari Ipoh, bandaraya Perak (kita sih nyebut ibu kota) tidak terlalu mempermasalahkan hal tersebut. Mengingat, untuk ke mana-mana mudah saja. Asal ada kendaraan pribadi seperti mobil, ke mana-mana jadi mudah, alhamdulillah.




Suasana yang mungkin sangat mahal bagi kita orang Indonesia adalah jalan yang mulus, luas dan bebas macet. Kadang saya merasa harus bersyukur, berasa di tempat yang hampir bebas dari macet seperti di sini. Itu yang membuat walaupun kami tinggal jauh dari kota merasa nyaman saja. Syukurlah pergi setengah jam dah ada hypermarket. Tiap minggu pun kami biasa antar anak-anak ikut tuition KUMON di Ipoh. Karena sudah biasa, perjalanan pun juga tidak terasa berat.


Awalnya rumah yang kami sewa penuh dengan semak belukar. Dulu kami harus kaget dengan hawa panas di rumah. Rumah kami ini didirikan di kawasan bekas tambang timah, sehingga itu juga membuat rasa panas makin menyengat. Lama-kelamaan kami bisa beradaptasi, lingkungan sekitar rumah yang tadinya penuh rumput2 liar sedikit demi sedikit saya tata seadanya. Setidaknya untuk menyejukkan pandangan. Sedikit gambaran di luar rumah saya tampilkan di sini. Bukan ada niatan pamer, toh itu rumah orang juga. Tapi mungkin nanti akan menjadi kenangan manis buat kami terutama buat anak-anak yang masa kecilnya mencicipi suasana tumbuh kembang di sini, jauh dari kampung halaman.


Sunday, December 28, 2008

Ketika Umi harus kuliah lagi



Tulisan ini muncul ketika Etik buka lagi buku lama kesayanganku yaitu ensiklopedi ibu. Yah buku itu sudah banyak memberi inspirasi dalam perjalananku sebagai ibu dan perempuan.

Nah, waktu itu untuk beli buku ini sudah terasa mahal, tapi tetap kubeli karena ada banyak manfaat yang bagiku akan ada gunanya terus menerus. Nah buka dibuka ternyata momcentral punya si penulis itu ada websitenya. Beruntung sekarang sudah ada broadband, langsung deh meluncur ke alamatnya, kalau mau coba lihat di sini.

Dari salah satu tulisan di sana tentang kembalinya mama ke sekolah kok kebetulan hampir mirip yang kualami sekarang. Ternyata dari survei persentase kenaikan masuknya perempuan di sekolah (di tulisan tersebut college) lebih dari 30%. Angka yang besar, pantas lah di UTP pun banyak student perempuan. Ternyata banyak loh.. ibu-ibu yang memilih melanjutkan sekolah ketika anak-anak sudah tumbuh dan berkembang.

Kebutuhan akan intelektual dan kemandirian finansial merupakan faktor terbesar yang memuat ibu-ibu kembali ke sekolah. Banyak para wanita ingin hidup mandiri, disertai dengan tingginya angka perceraian, maka di negara maju hidup sebagai single parent sudah menjadi hal yang biasa. Selain itu alasan untuk memperoleh kehidupan yang lebih nyaman dengan pendapatan lebih baik memotivasi para wanita untuk melanjutkan studynya. Dengan pendidikan yang lebih tinggi karir akan menjadi lebih mudah untuk naik.

Sebagian uraian dari tulisan tadi ada benarnya, kebetulan Etik kuliah lagi juga gara-gara ingin mempertahankan asap dapur terus ngepul hi hi.. Walaupun mungkin beda-beda motivasi masing -masing ibu yang kembali sekolah. Untuk meningkatkan karir? ya.. mungkin itu bagi ibu-ibu yang bekerja, kalau untuk Etik? mungkin kurang tepat, emang karir apaan, tidak punya pekerjaan kayak orang kantoran juga.

Kata tulisan tadi, waktu yang tepat untuk kembali ke sekolah tergantung pada diri masing-masing dan tanya pada diri sendiri. Tapi katanya saat anak sudah masuk sekolah tingkat SD. Mungkin benar juga ya.. anak-anak sudah tidak memerlukan bantuan fisik. Perkiraan ini bisa dong diadopsi untuk memperkirakan kapan ibu bisa mewujudkan keinginan-keinginan lain yang lebih luas. Apa yang kita inginkan, rencanakan dan lakukan ada di tangan kita masing-masing. Yang jelas semua itu akan kita pertanggungjawabkan kelak.


Friday, December 26, 2008

Mengenang Awal Pernikahan

Hal yang mungkin jarang aku lakukan untuk diriku sendiri adalah mengingat kembali saat menikah. Sungguh, entah penyebab pastinya apa. Kalau hendak diturut satu per satu mungkin banyak. Urusan, pekerjaan, tanggung jawab yang banyak mungkin faktor yang paling dominan sehingga melupakan masa-masa itu.

Kenapa tiba-tiba aku ingat? saat kubuat blog ini sama sekali tak terlintas. Bahkan ide mo nulis apa pun belum terlintas. Nah, tiba2 saat ingin menambahkan widget di blog baruku ini, Etik lihat kalender hijriyah yang kupasang, menunjuk tanggal 29 Dzul hijjah. Bukankah dulu aku nikah pada tanggal 23 Dzulhijjah 12 tahun yang lalu. Aiiiih baru ingat lagi, subhanallah cukup lama juga yak!!

Qodarullah, hari ini aku diingatkan bahwa nanti siang ada undangan pergi ke walimah nikahnya teman maya saya Lin dari Ipoh, yah karena kenal dari internet saja, belum pernah saya ketemu dengan dirinya.

Dan... satu lagi yang cukup mengharukan, adik kandung Etik sendiri, dia adalah adik terdekatjuga segera melangsungkan pernikahan, insya Allah besok Ahad.
Uniknya lagi, Kisworo adikku ini juga memutuskan nikah dengan calon istrinya, Lies, dengan media chatting, sms dan telpon saja. Tidak pernah bergaul langsung sebelumnya, besok insya Allah mereka resmi menjadi suami istri. Sedihnya, kami tidak bisa menghadiri pernikahan Kis dan Lies ini. Semoga berkah Allah tercurah untuk keduanya, amin.

Walaupun sempat mengalami pertentangan keluarga karena mendadak dan tanpa kenal langsung ini, insya Allah dua insan ini mantap menuju pelaminan. Maafkan Mbak Etik ya adek-adekku... semoga pintu yang lapang dibukakan untuk kalian berdua untuk menggapai kebahagiaan dunia akhirat.

Thursday, December 25, 2008

Oleh-oleh jauuuuh dari Yogya



Alhamdulillah, namanya rizqi memang tidak terduga. Tidak ada hujan tidak ada petir tiba2 dianterin oleh2 oleh pak Hanung, suami mbak Ririn. Keluarga mbak Ririn datang ke mari, entah yang ke berapa kalinya. Eh, kecripratan ni... dapat gudeg dan salak, kalau nggak salah ini jenis lumut (kakaknya pondoh yang mungil, lumut punya size lebih gedhe). Betul nggak Mbak? yang punya kebun?

Semoga Allah berikan balasan yang lebih banyak ya... Walau tidak ke Yogya kelakon juga makan gudheg.