Pages

Monday, January 19, 2009

Menata Hati

Beberapa hari yang lalu adek ipar menghubungiku dan menceritakan soal kesusahan yang sedang dihadapinya. Sebagai kakak dan muslimah yang mengerti bahwa antar sesama harus saling memberikan kebaikan, saya harus menghiburnya. Masalah tersebut berhubungan dengan keadaan perusahaan di mana dia dan adikku kerja, perusahaan itu sedang mengalami suatu kasus. Sehingga kelanjutan pekerjaan mereka belum jelas. Tentu bisa dibayangkan, setiap masalah, sangat berat untuk dirasakan.

Tuntunan pertama untuk seorang muslim yang sedang mengalami musibah adalah sabar dan tawakkal menyerahkan semua kepada Allah Ta'aalaa.

Nasihat yang kuberikan untuk mereka hanyalah (satu) usaha untuk mencari jalan keluar dengan ikhtiyar duniawi (tampak mata) sebagai manusia, untuk menjalani sebab datangnya jalan keluar. (Kedua) adalah memasrahkan segala sesuatu kembali kepada Sang Khaliq Yang Maha Mengetahui dan Maha Mengatur. Sudah tentu doa (yang ketiga) dan ini adalah usaha terdahsyat yang bisa dilakukan untuk memohon jalan kepada Illahi Rabbi. Kenapa doa yang oleh sebagian manusia dianggap remeh dengan kalimat-kalimat "ah hanya doa" justru merupakan hal yang paling besar?? Tidak lain dan tidak bukan karena tidaklah keluar doa dari seorang hamba kecuali dengan keimanannya.

Orang yang tidak percaya akan "kehebatan" doa tentu akan malas berdoa, atau berdoa dengan ragu-ragu. Tapi jika seorang mukminin, akan berdoa dengan setulus hati dan penuh keyakinan akan kebesaran Allah dalam mengatur alam semesta ini. Betapa tidak, jika tidak seketika doa itu terkabulkan, akan muncul sifat husnudzan, bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hambaNya. Segala sesuatu telah berjalan dalam hikmahNya. Dan seorang mukmin juga tahu bahwa doa bisa dikabulkan dan bisa diabaikan, oleh sebab itu insan yang telah memanjatkan doa akan senantiasa berharap dan was-was akan keadaan doanya. Seandainya keadaan yang terjadi tidak seperti yang dia inginkan, tetap dia husnudzan dan instropeksi akan keadaan dirinya sendiri sebagai manusia yang penuh dengan dosa.

beberapa saat yang lalu saya berbagi doa ke adik dengan doa yang telah dituntunkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalaam:

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ.


“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, lemah dan malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.”[1]



Sungguh doa ini pun patut diucapkan setiap muslim, termasuk saya sendiri.

Subhanallah, doa ini pun sangat pas dengan kondisiku sekarang ini. Yang karena suatu hal, yang tidak perlu saya tumpahkan di blog ini, hati saya pun sangat sakit, sedih karena seseorang.

Alhamdulillah, beruntung sekali Allah memberiku jalan untuk menjadi Muslimah. Setelah mengerti bahwa tuntunan Islam begitu lengkap bagi hamba yang sangat lemah dan penuh kekurangan seperti saya ini. Semakin terharu sekali Akan kasih sayangNya lah aku menjadi seorang yang tetap diteguhkan untuk dalam cahaya fithroh Islam ini. Terima kasih Allah, Alhamdulillah.

Semoga Allah memudahkan diri yang sangat fakir di sisi Allah ini, untuk menata hati, walaupun terasa berat di dadaku. Jujur kuakui, karena problem yang menyandungku ini telah membuat hatiku kurang bersemangat dan "kepikiran". Qadarullahu Wa Maasyaa fa'al" itu justru penamparku saat menjelang symposium ku yang terakhir (hari Kamis 14 Januari 2009).

Biarlah ini menjadi liku-liku perjalanan hidup seorang Etik. Seorang perempuan yang lemah di hadapan Allah. Namun ketika kulihat apa yang harus aku hadapi di depan, kucoba untuk tegar menyongsong tanggung jawab yang lebih besar sebagai hamba Allah. Jangan terlalu larut dengan kerikil-kerikil kehidupan, tapi lebih banyak memperbaiki diri saja, banyak mengejar ilmu yang harus kudapat, sebagai manusia aku tidak boleh terlalu lalai. Pekerjaan rumah tangga, pekerjaan sekolah sampai kewajiban thalabul ilmi dan madrasah untuk anak-anakku.

Kakiku kadang berat untuk melangkah, tangan ku pun kaku untuk menulis dan bekerja. Hanya pertolongan Allah yang kunanti. Alhamdulillah, masih ada suami, anak-anakku, sahabat dan saudara seiman yang masih mau memberiku semangat untuk terus melanjutkan gerakku. Aku masih diperlukan oleh orang-orang terdekatku. Kucoba untuk kembali tersenyum, mengharap masa depanku nanti senantiasa dibukakan ke jalan yang lurus. Akan keceburkan diriku ke dalam urusan yang lebih manfaat daripada sekedar bergundah gulana. Ya Rabb tolonglah hamba.

Bukankah setiap kita senantiasa diberi cobaan sebelum dimasukkan dalam kategori beriman. Allahu A'lam.

[1] HR. Al-Bukhari 7/158. Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalaam senantiasa membaca doa ini, lihat kitab Fathul Baari 11/173.




2 comments:

Anonymous said...

Kalimat di postingan ini selain menyentuh juga indah. Pilihan diksinya bagus dan jarang... Saya suka :)

ummu ali said...

Terima kasih Ummu Syifa, saya tidak pantas mendapat pujian. Semua yang tertulis dangat sederhana, meluncur dengan cepatnya karena itu ungkapan hati saat saya memang sedih. Jika itu baik pasti datangnya dari Allah, jika tidak, kealpaan saya tempatnya berasal.
Btw kalau soal nulis mungkin saya kalah jauh dari Ummu Syifa, :)